Sungailiat, Liputanedukasi.com – Dalam episode terbaru Podcast Politeknik Manufaktur Negeri Bangka Belitung (Polman Babel) yang tayang Selasa (29/04/2025), tersaji sebuah kisah dari salah satu dosen sekaligus alumni kampus tersebut, Ir. Dedy Ramdhani Harahap, M.Sc.(Eng).
Ia berbagi perjalanan hidup yang membawanya dari bangku kuliah di Polman Timah hingga meraih gelar magister di Taiwan.
Dedy merupakan lulusan Ahli Madya Teknik Perancangan Mekanik Polman Timah pada tahun 2005, sebelum institusi ini bertransformasi menjadi Polman Babel. Ia mengungkapkan bahwa sejak awal memiliki mimpi besar untuk melanjutkan studi ke luar negeri, terinspirasi dari dosen-dosennya yang banyak menempuh pendidikan di mancanegara.
Saya pilih kuliah di Polman Timah karena ingin cepat kerja setelah lulus,” ungkapnya.
Ia menambahkan bahwa motivasi lainnya datang dari realita bahwa lulusan Polman Timah banyak terserap di perusahaan-perusahaan industri terkemuka, bahkan saat masih duduk di bangku kuliah.
Perjalanan Dedy tak berhenti di situ. Setelah menyelesaikan studi S2 di Southern Taiwan University of Science and Technology (STUST) pada 2017, ia dipercaya menjadi Advisory Consultant (Konsultan Penasehat) di program INTACT BASE, sebuah program persiapan studi ke luar negeri yang membuka akses bagi mahasiswa untuk belajar di Taiwan,” imbuhnya.
Salah satu keunggulan program INTACT BASE adalah pembekalan komprehensif bagi calon mahasiswa. Di sana mahasiswa diberikan pelatihan bahasa Inggris dan Mandarin secara gratis. Tapi yang tak kalah penting, mereka juga dilatih secara mental, etika, dan cara beradaptasi dengan lingkungan baru,” tuturnya.
Tak hanya itu, program ini juga memberikan berbagai fasilitas penting secara cuma-cuma, mulai dari tiket pesawat, visa, paspor, biaya legalisasi ijazah, hingga tunjangan hidup bagi peserta. Semua kebutuhan administratif disiapkan agar mahasiswa bisa fokus pada studi mereka.
Menariknya, kuliah di Taiwan melalui program ini juga membuka peluang magang langsung di perusahaan internasional. Mahasiswa akan menjalani satu tahun kuliah dan satu tahun magang, dengan imbalan gaji bulanan selama masa magang berlangsung.
“Kalau performa bagus, mereka bisa langsung direkrut perusahaan melalui ikatan dinas dua tahun,” ujarnya.
Ia menyebutkan, banyak mahasiswa yang sudah terbukti mampu menunjukkan kualitas selama program tersebut berlangsung.
Bagi Dedy, kuliah di luar negeri bukan hanya tentang prestise akademik, melainkan tentang melihat peluang untuk masa depan. Pendidikan internasional harus bisa membuka jalan karir global, sekaligus menjadi ajang pengembangan diri secara menyeluruh.
Kisah Dedy Ramdhani Harahap membuktikan bahwa dengan tekad dan kesempatan yang tepat, siapa pun bisa mewujudkan mimpi kuliah dan bekerja di luar negeri. Melalui podcast ini, Polman Babel berharap dapat menginspirasi lebih banyak mahasiswa untuk berani menatap dunia,” tutup Dedy. (Dea)


















